Pertikaian cinta, Ubi May dan harap



Hidup tentang mengistimewakan cinta ternyata tidak mudah,  hal - hal yang sulit dimengerti adalah ketika dua makhluk tuhan ini telah dipertemukan tetapi mereka  tetap harus saling memperjuangkan mati-matian,  ada banyak latar belakang yang menjadi kegalauan dua insan ini,  namanya adalah ubi sosok pria yang gagah, pemberani dan memiliki wajah yang tidak kalah murah nya dengan telur setengah kilo di pasar, dan sosok wanita yang di cintai oleh ubi ini bernama may, wanita yang sangat eksotis,  memikat banyak pria dengan segala karakter dan keahliannya.


Ubi menjadi saksi diantara waktu waktu yang melahirkan rindu,  ketika dia mengingat sosok may si gadis ceria yang menurut ubi baru iya temui selama ia bernafas di dunia. Sosok May pun berbeda dari yang lainya, karakter singkat may, may sangat menggemari kucing may tidak pernah sedikitpun mencuekan seekor kucing yang iya jumpai, may pasti memberinya makan ataupun memangkunya dengan riang, kedua insan ini bertemu tanpa sengaja pada sebuah event.

May, kukirimkan kau sebuah pesan pada  waktu itu, tentang kehadiran prasaan - prasaan yang tidak seperti biasanya ini. (Ubi)

Iya, aku menerimanya bi, dengan bahagia aku bingung harus memulainya dari mana, jawabnya may kepada ubi.

Percakapan setiap hari meraka riangkan bersama.

Diberantaran ingatan-ingatan ubi,  ada hal yang harus ia katakan pada may.

"May,  bisakah kita berbicara?" kata ubi berkomunikasi melalui ponsel nya.

Hmmmm Iya Bi,  boleh.  Dimana? (May)

Dimana saja boleh,  asalkan kamu nyaman dan bahagia. (Ubi)

Baiklah, bagaimana kalau kita ke tempat yang kemarin kamu foto-foto sama teman kamu,  kayanya disana asik dan adem.  (May)

iyaa ayok,  besok ya.... (Ubi)

Siap,  singkat (may)

Keesokan kemudian mereka bertemu,  curhatan antara dua hati dan empat mata itu mulai menemukan cela dimana ada ruang untuk menyatukan perasaan ubi dan may yang sama - sama sayang.

May,  aku adalah sekian laki-laki yang kamu temui, dan semoga aku menjadi laki-laki terakhir dalam setiap doa harapamu,  ucap abi kepada may.

May hanya tersenyum, sambil memandang mata ubi dengan penuh keyakinan, namun ada hal yang tak bisa may ceritakan pada waktu itu.

Mereka sama sama mencintai,  namun ada yang sulit untuk may pilih dalam hidupnya, may memiliki 2 pilihan yang tak bisa disatukan dan tak mungkin dibenturkan.

"Masalalu adalah dulu kita berdua adalah doa"

Sajak ubi yang sangat optimis untuk bisa hidup bersamaan dengan may kelak.
Bi,  sebenarnya aku memilihmu,  tapi aku telah direncanakan dengan yang lain. (May).

Ubi tidak bisa apa-apa selain berharap, karena iyapun menyadari bahwa segala muara keridhaan ada di restu orang tua,  dan abi tidak bisa memaksakan kehendaknya, hingga tetap bertahan menunggu keberuntungan datang memihaknya.

Iya may,  tidak apa-apa. Aku akui dan aku terima. (Ubi)

"jikapun kita tidak berjodoh, Setidaknya kita pernah berhasil saling memperjuangakan, meski waktu yang tak menyatukan"

Tapi sabar bi,  semua belum usai kita masih bisa memperjuangkan. (may).

Iya may aku tetap menunggu hasil dari perjuanganmu,  baik atau buruk nya kabar yang kamu kasih,  itu memiliki pesan kebahagian bagiku,  karena putus adalah konsekuensi orang yang pacaran, bisa putus karena kehilangan bisa juga putus karena dihalalkan, hehe. (Ubi)

May mulai percaya diri dan semangat kembali dalam menghadapi hal ini, begitupun dengan ubi, yang tidak henti-hentinya mengistimewakan may.  Meski harap dari ubi dan may ini belum berhadap, semoga nanti saling mendekap.

Bersambung.....

Penulis : Hadi albulaqi.

*Mohon maaf jika ada kesamaan nama/karakter dan sebagainya,  karena tulisan ini lahir ketika penulis sedang kesepian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi puisi "Takut 66, Takut 98" Karya "Taufik Ismail", Sumber energi bagi mahasiswa

SITUS CANDI CIBUAYA

Kolecer, Permainan Tradisional yang Hampir Punah