Di Penghujung Jalan




Di Penghujung Jalan

Kuhempaskan segala keluh kesah kepada waktu yang semakin sendu
Nada nada irama katulistiwa mengantarkan angin yang mencekik pada malam pelupuk jiwa
Aku ditengah hamparan manusia, disudut keramaian kota menjadi hewan layak lumba lumba
Mengetahui segala berita merasakan segala suka dan duka
Hingga menjadi abu abu dalam segala warna

Di penghujung jalan, ada bayi bayi yang menangis haus dan kelaparan
Di penghujung jalan, ada gadis gadis yang menjual segala barang
Di penghujung jalan, ada anak-anak muda yang sedang pesta huru hara
Menikmati segala resah dan duka, menyelami segala bahagia dan dosa
Aku adalah anak petani yang tidak tau apa-apa.

(Purwakarta 2015)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi puisi "Takut 66, Takut 98" Karya "Taufik Ismail", Sumber energi bagi mahasiswa

SITUS CANDI CIBUAYA

Kolecer, Permainan Tradisional yang Hampir Punah