Bulan september dan sebuah kegelisahan



Jangan takut merasakan gelisah, karena ide dan orang - orang besar banyak terlahir dari kegelisahan – kegelisahan dirinya” –Hadi Albulaqi.

September 2017, adalah bulan pertarungan antara sel – sel (Kretivitas dan kegelisahan sekitar) yang kemudian berhasil terbentuk menjadi sel zigot dan  berkembang di bulan – bulan berikutnya menjadi embrio calon manusia  yang bergelut di dunia industri kreatif, para insan kreatif yang jelas menjadi manusia yang memiliki sudut pandang sosial bagi kepentingan lingkungan dan masyarakat.

Pada tahun lalu, sebelum kopel menjadi rahim dari para semua insan kreatif itu. Atas dasar kegelisahan tentang begitu sepinya purwakarta ini dari riungan - riungan kecil  anak muda yang membahas masa depan generasinya, masa depan bangsa dan lingkungannya. Dari semua itu saya memberanikan diri untuk melakukan riset dan menampung segala keluhan dan keresahan dari kawan – kawan yang sempat tidak tau harus dibawa kemana bakat dan potensi yang dimilikinya itu. Sampai beripijak dari tempat ke tempat yang lain, organisasi ke organisasi yang lain, hingga bertemu dengan banyak orang dari lingkungan pelajar, mahasiswa dan pemuda umumnya, yang mayoritasnya jika disimpulkan mereka memilik pandangan yang begitu sama dengan apa yang saya pikirkan.

Saya bertemu dengan orang – orang hebat,  saya sungguh kagum, yang saya kagumi dari mereka, mereka muda, kreatif, peduli dan gila! Anak muda yang berani mengambil resiko besar saat merumuskan sebuah wadah untuk berkumpulanya para insan kreatif dalam melahirkan produktifitas dalam berkarya, kawan - kawan berusaha untuk selalu fokus dalam memerhatikan lingkungan, terutama dunia pendidikan. Mereka bersedia melibatkan kemampuannya untuk menjadi jembatan bagi banyak orang, apakah ini yang dinamakan jodoh itu? Hehe..

Hingga pada bulan maret, kawan kawan yang memiliki visi, misi, hobi dan dasar pemikiran yang sama ini melakukan beberapa riungan yang menghasilkan sebuah nama untuk ruangan kreatifnya yakni “KJP” Komunitas Jurnalistik Purwakarata,  namun setelah KJP terbentuk. banyak ketidak cocokan hati kawan- kawan  dengan nama KJP ini, Setiap dihari libur kami dengan semangat rutin mengadakan riungan kecil untuk membahasnya, Terbentuklah sebuah wadah ataupun rahim yang akan melahirkan orang – orang yang akan melebihi nilai camlaude dalam melahirkan sebuah karya. yang dibarengi dengan mengamalkan ilmu tersebut untuk membagikannya kembali dengan membina teman – teman yang ingin belajar.

Tepatnya 16 april, sebuah kedai kopi kecil  yang bernama Kedai Nusantara menjadi saksi sebuah peradaban yang baru, kawan – kawan menyepakati satu nama yang mencakup luas dan juga memiliki filosofi yang bisa menjadi media berpikir dari perkembangan teknologi di era modern ini. Nama itu adalah Komunitas pena dan lensa (KOPEL) dengan logo simbol pena dan lensa. Semua ini dibentuk dengan seksama dan sangat demokrasi.

Saya tidak pandai mendeskripsikan secara jelas dan panjang, ini hanya sebagian dari cerita perjalanan kopel saja. Yang jelas semua ini berawal dari sebuah kegelisahan yang diselesaikan dengan baik dan kerja keras.

“Tidak ada orang yang nyaman dari kegelisahan, tapi tengoklah beberapa banyak tokoh besar lahir dari sebuah kegelisahan yang besar”











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi puisi "Takut 66, Takut 98" Karya "Taufik Ismail", Sumber energi bagi mahasiswa

SITUS CANDI CIBUAYA

Kolecer, Permainan Tradisional yang Hampir Punah