Mencoba memeluk "Patah"



Sejauh ini selama saya hidup, patah bukan hal yang baru. Banyak orang suka mengidentifikasi kata ini dengan “patah hati” atau “kehilangan” atau “ada sesuatu yang terlepas dari dalam dirimu, padahal sebelumnya begitu melekat”, atau “Hal yang membuat air mata  jatuh seketika”

Bagiku patah. Adalah rasa yang perlu dikenali. Bahkan harus menjadi bagian dari hati kita. Tetap harus dipeluk dan dijadikan sebagai sebuah pengalaman perjalanan.

Seperti salah satu dari bagian tubuhmu, peluk  ia erat. Malam  ini
saya mencoba kembali menulis, ditemani irama token listrik sekre
komunitas yang hampir habis.  Dari malam malam yang pernah saya lewatkan,mungkin malam ini adalah malam yang membuat segalanya patah sehingga saya ingin memotovasi hidup saya sendiri. Dan berbagi pengalam menghadapi sesuatu hal yang membuat kita patah. Tidak semua saya ceritakan tapi semoga bisa saling menguatkan.

Patah hati bisa lahir dari berbagai kegagalan dalam hidup. Namun dari patah hati itulah kita belajar, bahwa kita bukan siapa-siapa di dunia ini. Ada beberapa manusia yang paling ingin aku peluk di dunia ini. Tetapi untuk mencapai harapan itu seringkali pesimis hadir di dalam segala perjuangan.

Hati yang patah harus terasa sakit, karena sakit itu mengajarkanmu bagaimana mencintai seseorang secara utuh, ada banyak hal yang terjadi saat kamu patah hati dan biasanya patah hati yang menyakitkan justru akan membuat seseorang belajar untuk bisa menerima kesedihan dalam hidup, memang tidak disadari kita pernah sakit dan patah hati, kita akan lebih kebal dari rasa sakit hati itu sendiri, dan setelahnya kita bisa mencintainya kembali. Jika hatimu terluka saat patah hati, itu tandanya kamu sudah mencintai sesuatu dengan sungguh –sungguh.

Dan  jika kamu telah mengenal rasa patah dengan baik, sangat baik. Sebelum rasa patah itu datang, cintailah seseorang sungguh sungguh, penuh penuh.

Ketika bercerita tentang patah, saya juga ingat bapak. bapak mengalami patah (hati/harapan) yang begitu tidak dapat dijelaskan ketika jatuh miskin dan tidak  memiliki apa – apa selain harapan besar kepada dua anak nya. Kejadiannya, sudah 5 tahun lebih, tetapi rasa patah itu masih ada. Sampai di sini saya menyadari satu hal: ada rasa patah yang begitu lekat, susah untuk dilepas. Bahkan waktu, mustahil untuk menyembuhkannya.

Ketika kami jatuh miskin, bangkrut, tertipu dan ketika saya mengetahui hutang bapak  membengkak. Saya sebagai anak laki laki sangat terpukul dan merasa tidak berguna sama sekali,bapak sebagai tulang punggung kami, tak tega aku melihatnya setiap malam selesai solat tahajud selalu berdoa dan menangis, seperti kehilangan sesuatu yang  tidak dapat  saya jelaskan. Hanya saja, hal tersebut dapat dirasakan. Lalu saya  merasa bahwa, rasa patah  atau jatuh semacam itu, akan terjadi di dalam diri kita. Dalam kehidupan kita, yang harus di persiapkan adalah mental dan kegigihan yang tak pernah mengenal lelah.

Menurutku, tetiap kejadian yang membuat kita patah adalah hal yang baik untuk diri kita,di zona itu kita harus memiliki mental yang kuat, sikap dewasa meski orang lain tau bahwa kita sedang tidak baik baik saja. Sebab, kapanpun kita akan tiba dan menetap di sebuah rumah yang penuh kecemasan dan kebahagiaan, yang tidak pernah kembali adalah waktu, sisa sisa yang hilang, atau cerita empiris yang akan selalu terkenang.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi puisi "Takut 66, Takut 98" Karya "Taufik Ismail", Sumber energi bagi mahasiswa

SITUS CANDI CIBUAYA

Kolecer, Permainan Tradisional yang Hampir Punah